Pengertian Kelompok
Dalam beberapa artian kelompok perlu diketengahkan, yaitu meliputi: kelompok dalam artian persepsi,kelompok dalam artian organisasi, kelompok dalam artian motivasi, dan kelompok dalam artian interaksi.
Pengertian-pengertian tersebut adalah sebagai berikut :
Kelompok dalam artian persepsi.
Adalah sebagai orang-orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan tatapmuka atau serangkaian pertemuan semacam itu, di mana setiap anggota menerima beberapa kesan atau
persepsi yang cukup jelas tentang anggota lainnya sehingga ia dapat bersoal jawab pada waktu itu dan
memberikan interaksi satu sama lain sebagai seorang individu, meskipun hal ini mungkin hanya untuk
mengingat bahwa yang lain hadir. (R.F. Bales, Interaction Process Analysis 1950:33) Kelompok dalam
artian Organisasi Adalah suatu sistem yang diorganisasikan dari dua orang atau lebih yang saling
berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan beberapa fungsi, mempunyai seperangkat standar
hubungan, peranan antara anggotanya, dan mempunyai seperangkat norma yang mengatur kelompok
dan masing-masing anggotanya. (J.W. David & M Harari, Social Psycology, Individual, Group, Societies
1958:237).
Kelompok dalam artian Motivasi
Adalah sekelompok individu yang keberadaanya sebagai suatu kumpulan menguntungkan individuindividu.(Bernard M Bass, Leadership, Pyschology, and Organization Behavior 1960:39). Kelompok
dalam artian Interaksi Adalah sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lain yang sering melampaui
rentang waktu tertentu, dan jumlahnya cukup sedikit sehingga orang dapat berkomunikasi dengan
baik/saling berhadapan. (GC.Homans, The Human Group 1959:1) Keempat pandangan tersebut
merupakan suatu hal yang penting, sebab semuanya menunjukkan gambaran yang menyatakan bahwa
jika kelompok dalam suatu organisasi anggotanya:
1. Termotivasi untuk bergabung.
2. Memandang kelompok itu sebagai satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi.
3. Menyumbangkan berbagai pemikiran baik secara kuantitas maupun kualitas terhadap proses
kelompok.
4. Mencapai kesepakatan atau ketidakpastian melalui berbagai bentuk interaksi.
Tahap-Tahap Pengembangan Kelompok
Model Pengembangan Lima TahapSejak pertengahanm dasawarsa 1960-an diyakini bahwa kelompok-kelompok melewati sederetan suatu
standar tahpan perkembangan kelompok yaitu:
Pembentukan (Forming), Keributan (Strorming), Penomoran (Nomoring), Pelaksanaan (Performing), dan
Penundaan (Adjourning). Tahap-tahap tersebut dimaksud sebagai berikut:
1) Tahap Pembentukan: tahap ini dicirikan oleh banyaknya ketidakpastian mengenai: maksud dan
tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok. Para anggotanya dalam tahap ini menguji-coba
untuk menentukan tipe-tipe perilaku apakah yang dapat diterima dengan baik. Tahap ini selesai
bila para anggota telah mulai berpikir diri mereka sendiri sebagai bagian dari suatu kelompok.
2) Tahap Keributan: tahap ini dicirikan dengan adanya konflik di dalam kelompok, artinya para
anggota menerima baik eksistensi kelompok, tetapi melawan adanya kendala-kendala yang
dikenakan oleh kelompok terhadap individualitas. Lebih lanjut adanya konflik akan
mengendalikan kelompok, bila telah lengkap maka terdapat hirarki yang relatif jelas dari
kepemimpinan di dalam kelompok.
3) Tahap Penomoran: tahap ini dicirikan oleh hubungan karib dan kekohesian (kesaling tarikan).
Tahap ini selesai bila struktur kelompok telah kokoh dan kelompok itu menyerap perangkat
penghargaan dari apa yang mendefinisikan perilaku anggota dengan benar.
4) Tahap Penundaan: tahap ini dicirikan oleh kelompok yang telah sepenuhnya fungsional dan
diterima baik. Kekuatan kelompok telah bergesar dari mencoba memahami satu sama lain
kepelaksanaan tugas.
5) Tahap Penundaan: tahap ini dicirikan oleh kepedulian untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan
bukannya melaksanakan tugas. Dalam tahap ini respon anggota kelompok neraneka ragam ada
yang merasa puas, denngan bersenang-senang dalam prestasi kelompok sementara yang lain
murung akan kehilangan persahabatan yang diperoleh selama kehidupan kelompok kerja.
Catatan:
a) Banyak penafsir bahwa tahap-tahap lebih efektif ketika kelompok tersebut melewati empat tahap
pertama, dengan alasan bahwa beberapa kondisi tingkat konflik yang tinggi meghasilkan kinerja
kelompok yang tinggi.
b) Pengusul yang terkuat dari model ini tidak mengandaikan bahwa semua kelompok mengikiti
proses lima tahapnya dengan cermat atau bahkan tahap IV selalu yang paling disukai.
c) Permasalahan dalam model ini yaitu dalam memahami perilaku yang berkaitan dengan kerja
adalah bahwa model itu mengabaikan konteks organisasional (misal: studi terhadap awak kokpit
dalam sebuah pesawat terbang ditemukan bahwa dalam sepuluh menit, tiga orang yang tidak
kenal satu sama lain ditugasi untuk terbang bersama-sama untuk pertama kali telah terjadi suatu
kelompok berkinerja tinggi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar