Senin, 25 April 2016

Karangan Semi Ilmiah

MEMANFAATKAN SAMPAH BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA 

TEKNOLOGI VERTIKULTUR UNTUK  KOTA DEPOK BERSIH, HIJAU, ASRI DAN SEHAT





BAB I . PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Manusia   sebagai   bagian   dari  tatanan ekosistem alamiah dan artifisial merupakan  makhluk  biologis  berakal  yang    selalu    berusaha    memenuhi  kebutuhan hidup guna mempertahankan dominasi dan eksistensinya sebagai pemuncak utama  rantai  kehidupan.  Untuk  memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut, manusia  selalu melakukan usaha eksplorasi dan  eksploitasi   sumberdaya   yang   ada  termasuk  sumberdaya  lahan.  Lahan  dibutuhkan  bagi  manusia  untuk  bisa membangun    sistem    kehidupannya secara lengkap, pertama sebagai tempat  pertumbuhan bahan pangan yang akan  dikonsumsi  serta  penumbuh  tanaman 

yang memasok   oksigen dan menyeimbangkan lingkungan sekitarnya, kedua sebagai tempat untuk
membangun tempat tinggal atau rumah serta berbagai fasilitas yang dibutuhkan  untuk  menggerakkan  roda  kehidupan manusia  tersebut.  Intervensi  manusia  untuk  memenuhi kebutuhan  tersebut yang berkaitan langsung terhadap lahan selalu   menimbulkan konflik yang mengarah  kepada  ketidakseimbangan lingkungan.

Lingkungan  yang  sudah  banyak mendapatkan intervensi manusia salah satunya adalah    lingkungan kota. Sebagai   ekosistem   artifisial/buatan, kota sudah menjadi basis dari kegiatan pemenuhan  ekonomi dan administrasi wilayah.    Disadari   maupun   tidak, lingkungan   kota   sudah   mengalami perubahan   yang   sangat signifikan.

Pertumbuhan  penduduk  yang  tinggi ditambah  dengan  pembangunan  yang pesat  sebagai upaya pemenuhankebutuhan terutama untuk permukiman acapkali  mengorbankan  lahan  hijau. Bonus  demografi  kota  yang  semakin besar  membuat  pertumbuhan  rumah-rumah, kompleks  perumahan, pertokoan,  dan  perkantoran  semakin menjamur.  

Menjamurnya  bangunan tersebut juga berdampak  padamenyusutnya   lahan   hijau   sebagai  penyangga    lingkungan  kota dan sebagai   paru-paru   kota.   Bangunan- bangunan   yang   sebenarnya   masih memiliki fungsi daya dukung ekologis  yang positif masih belum  dimaksimalkan   fungsinya   sehingga keberadannya  seolah  tidak  memiliki nilai     teknis  yang  baik dalam memperbaiki  lingkungan.  Selain  itu, inovasi yang kurang serta pemanfaatan teknologi  hijau  yang  masih  belum membumi  di wilayah  perkotaan membuat  masalah  lingkungan  hidup
perkotaan semakin pelik.


2. Rumusan Masalah

Beberapa perumusan masalah yang dapat dirumuskan jika menilik latar  belakang  masalah  sebelumnya
adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi permukiman,
permasalahan sampah dan barang
bekas, serta polusi udara akibat
pertumbuhan penduduk di kota,
khususnya DEPOK?

b. Apa dan bagaimana inovasi
teknologi Vertikultur menggunakan
barang bekas dan dampak positifnya
terhadap lingkungan kota, terutama
kota DEPOK? 

3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini, yaitu:

a. Untuk memaparkan dan memberikan gambaran konkrit kondisi permukiman, polusi udara,
dan permasalahan sampah dan barang bekas akibat pertumbuhan penduduk di kota, khususnya DEPOK.

b. Untuk mensosialisasikan apa itu inovasi teknologi Vertikultur dan aplikasinya menggunakan barang bekas serta dampak positif apa saja yang dapat ditimbulkan terhadap lingkungan kota, terutama kota DEPOK yang ingin “berhias”.

4. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan karya ilmiah ini adalah:

a. sebagai sarana informatif bagi seluruh lapisan masyarakat kota DEPOK mengenai kondisi konkrit masalah lingkungan di kota DEPOK

b. sebagai bahan informasi kepada seluruh pembaca dan penduduk kota DEPOK mengenai teknologi vertikultur menggunakan barang- barang bekas diserta bagaimana cara dan aplikasinya agar dapat
diterapkan di seluruh tempat di kota DEPOK guna mendukung terciptanya DEPOK yang bersih, hijau, asri, dan sehat

c. sebagai bahan pertimbangan bagi seluruh pengambil kebijakan di kota DEPOK khususnya lembaga yang
menangani masalah lingkungan untuk dapat mensosialisasikan dan menyebarluaskan gagasan yang
ditawarkan dalam guna menciptakan kota DEPOK yang lebih bersih, hijau,
asri, dan sehat.


BAB II. KAJIAN TEORI



1. Masalah Lingkungan Kota 
1.1. Pengertian Kota

Prof. Bintarto (1990) menyatakan bahwa kota merupakan sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan tinggi, struktur sosial ekonomi yang heterogen, dan memiliki corak kehidupan yang materialistik. Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat
kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat.

Amos Rapoport mengutip JorgeE. Hardoy (dalam Sundari, 2005) yang menggunakan 10 kriteria secara lebih spesifik untuk merumuskan kota sebagai berikut :

1. Ukuran dan jumlah penduduknyayang besar terhadap massa dan  tempat,
2. bersifat permanen,
3. kepadatan minimum terhadap massadan tempat
4. struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukkan oleh jalur jalan dan ruang ruang perkotaan yang nyata
5. tempat di mana masyarakat tinggal dan bekerja
6. fungsi perkotaan minimum yangdiperinci, yang meliputi sebuah pasar, sebuah pusat administratif atau pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah pusat keagamaan, atau sebuah pusat aktivitas intelektual bersama dengan kelembagaan yang sama.
7. heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hierarkis pada masyarakat.
8. pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di luar kota dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas.
9. pusat pelayanan (service) bagi daerah-daerah lingkungan setempat.
10. pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada masa dan tempat itu.

Menurut Hatt dan Reis (dalam
Sundari, 2005) bahwa kehadiran kota untuk memenuhi kebutuhan sosial dan kegiatan ekonomi penduduk yang selalu berkembang. Hal ini untuk mendukung dan melayani fungsi-fungsi kota yang saling mempengaruhi sebagai berikut :

1. Kota sebagai pusat berbagai kegiatan untuk daerah sekitarnya. Kota-kota ini cenderung merupakan ruang produktif yang luas.
2. Kota sebagai penyedia transportasi dan merupakan break of bulk. Transportasi kota merupakan break of bulk, merupakan pelayanan sepanjang rute transportasi sehingga daerah-daerah terpencil pun dapat dicapai dengan mudah karena letak jalur transportasi kota yang strategis.
3. Kota sebagai titik konsentrasi pelayanan khusus.

Dalam perjalanannya, kotamengalami perkembangan yang sangat pesat akibat adanya dinamika penduduk, perubahan sosial ekonomi, dan terjadinya interaksi dengan wilayah lain. Menurut Imam Ernawi (dalam

Dwihatmojo, 201) menyatakan bahwa perkembangan fisik ruang kota sangat dipengaruhi oleh urbanisasi.

Perkembangan urbanisasi di Indonesia dapat diamati dari 3 (tiga) aspek :
pertama, jumlah penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan (kini mencapai 120 juta dari total 230 juta jiwa);
kedua, sebaran penduduk yang tidak merata (hampir 70% di Jawa dengan 125 juta jiwa dan di Sumatera dengan 45 juta jiwa); serta, ketiga, laju urbanisasi yang tinggi, dimana kota-kota metropolitan, seperti: Jakarta, Surabaya, DEPOK, Palembang, dan Makassar.
Koestoer (dalam Sugiharto,2008) menyatakan bahwa kota sebagai perwujudan spasial cenderung mengalami perubahan (fisik dan nonfisik) dari waktu ke waktu. Dua faktor yang utama yang sangat berperan dalam perubahan-perubahan tersebut yaitu faktor penduduk dan aspek kebijakan. Faktor penduduk yang paling penting adalah kuantitasnya.Aspek-aspek kependudukan mencakup kondisi sosial yang luas, seperti politik, sosial, ekonomi, budaya, dan tekhnologi. Secara umum kota merupakan tempat bermukim, bekerja, tempat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan, dan pusat kegiatan lain yang mengalami banyak kemajuan fisik. Secara keruangan, sebagai tempat pusat kegiatan yang selalu berkembang, kota sebagai kesatuan ruang artifisial selalu menimbulkan berbagai masalah dalam perencanaan penataan ruangnya, masalah tersebut meliputi masalah kependudukan, sosial ekonomi, linkungan permukiman, administrasi, dan transportasi. Benturan antara kebutuhan manusia dankemampuan lahan kota dalam
memenuhi kebutuhan manusia seringkali menimbulkan konflik antara lingkungan dan manusia di kawasan perkotaan terutama terciptanya pola keruangan kota yang tidak terkendali dan menimbulkan masalah-masalah baru terkait dengan keamanan,kenyamanan, produktivitas lahan,


1.2. Masalah Lingkungan Kota

Menurut Page and Seyfriend (dalam Sundari, 2005) ada dua tujuan umum pembangunan kota yaitu :

1. Untuk mencapai kehidupan yang layak dan menghapus kemelaratan dan,
2. Untuk memperoleh dukungan lingkungan yang efisien, yaitu tempat yang menyenangkan, nyaman, aman dan menarik.

Tujuan umum secara ekologi atau sosial memungkinkan masyarakat dapat mencegah konflik-konflik. Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembangunan kota mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut :

1. Kehadiran sebuah kota mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk agar dapat bertahan dan melanjutkan hidup, serta meningkatkan kualitas hidup.
2. Komponen-komponen kota adalah penduduk, pemerintah, pembangunan fisik, sumberdaya alam dan fungsi.
3. Penduduk kota meliputi jumlah dan kecenderungan penyebaran
4. Kehadiran flora dan fauna sangat penting
5. Pembangunan fisik yang meliputi tipe-bentuk, kepadatan, diferensiasi dan konektiviti.
6. Sumberdaya terdiri dari SDA dan SDM


2. Kondisi Lingkungan Kota DEPOK

Kota DEPOK memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% . Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, DEPOK memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota DEPOK terletak pada 3° 30' - 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' -98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota DEPOK cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Menurut data yang sudah dilakukanpemutakhiran, DEPOK diketahui memiliki jumlah penduduk
sebanyak 2.970.032 jiwa dengan kepadatan 11.203 jika/km (Pemerintah Kota DEPOK, 2014).

Salah satu masalah yang harus diantisipasi oleh masyarakat kota DEPOK adalah menyempitnya luas lahan yang ada sehingga berpeluang menjadi tidak seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada. Pada kenyataannya menurut Bapedalda Depok kerusakan lingkungan di Indonesia termasuk
Depok dan Kota DEPOK khususnya saat ini sudah diambang batas, akibat kesadaran masyarakat atau bangsa ini untuk memelihara lingkungan masih jauh. Secara nyata kondisi ini menuju kepada sikap apatis dari masyarakat yang ditunjukkan dengan tidak adanya kesadaran untuk memilihara lingkungan. Permasalahan lingkungan kota DEPOK mulai dari soal hutan, udara dan air, pencemaran akibat limbah industri, limbah Rumah Sakit, limbah hotel, pusat perbelanjaan, restoran, sampah perkotaan, krisis persediaan air tawar,degradasi tanah dan lahan pertanian, konflik sosial, lingkungan transportasi.



BAB III METODE PENULISAN 

1. Tekhnik Pengumpulan Data dan Informasi

Tehknik pengumpulan data dalam penulisan karya ilmiah ini adalah menggunakan tekhnik studi dokumenter. Data yang digunakan sebagai penunjang referensi kepustakaan dan berbagai teori pendukung didapatkan dari berbagai sumber pustaka yang terdiri dari buku, majalah, media elektronik, dan jurnal ilmiah. Untuk data berupa kondisi lapangan dan kondisi wilayah DEPOK sendiri terkait dengan relevansi aplikasi teknologi veltikultur diperoleh dari studi dokumentasi dan pengamatan lapangan.

2. Tekhnik Analisis Data

Pengolahan data-data yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini adalah menggunakan tekhnik deskriptif
analitik model korelasi. Data yang telah didapatkan dari berbagai sumber rujukan dideskripsikan secara jelas dan rinci pada bagian telaah pustaka. Data disajikan secara konsep dan teori serta berbagai   contoh   yang   mendukung konsep dan teori yang telah diuraikan. Data yang telah dideskripsikan kemudian dianalisis dengan mengkomparasi informasi terkait masalah yang pernah terjadi dan direlasikan dengan konsep serta teori sebelumnya yang akan menghasilkan benang merah dari masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini.

Kemudian semua data baik yang diperoleh dari sumber dokumentasi maupun pengamatan akan
dikorelasikan guna menghasilkan gagasan baru. Gagasan baru yang dihasilkan akan dipaparkan secara jelas
dan dideskripsikan secara rinci sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang telah diuraikan pada rumusan masalah sebelumnya. Gagasan baru yang akan diuraikan dapat menjadi bahan referensi dalam aplikasi nyata bagi seluruh pembaca.


BAB IV. PEMBAHASAN DAN APLIKASI GAGASAN 

1. Pembahasan


1.1. Permukiman, Sampah, dan

Polusi Udara Kota DEPOK Kota sebagai perwujudan spasial cenderung mengalami perubahan (fisik
dan nonfisik) dari waktu ke waktu. Dua faktor yang utama yang sangat berperan dalam perubahan-perubahan tersebut yaitu faktor penduduk dan aspek kebijakan. Keberadaan infrastruktur perkotaan dan kawasan permukiman yang ada di wilayah kota terutama DEPOK semakin tahun semakin padat sehingga ruang terbuka hijau sebagai pengabsorbsi polusi udara dan penyeimbang siklus hidrologis kota secara ekologis mengalami gangguan secara signifikan. DEPOK sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia memiliki beberapa permasalahan yang hingga saat ini belum banyak menemui solusi atas penanganannya. Beberapa permasalahan yang mendera kota DEPOK sebagai kutub pertumbuhan regional I Depo adalah masalah
permukiman, sampah, polusi, dan pemanfaatan barang bekas yang tidak termanajemen dengan baik sehingga
membuat nuansa kota DEPOK masiht erkesan padat, sumpek, kotor, tidakasri, dan tidak sehat. 

Keberadaan infrastruktur perkotaan di wilayah kotaDEPOK dan kawasan permukiman yang ada di wilayah kota DEPOK semakin tahun semakin padat sehingga ruang terbuka hijau sebagai pengabsorbsi polusi udara dan penyeimbang siklus hidrologis kota DEPOK secara ekologis mengalami gangguan secara signifikan.


1.2. Vertikultur

Setiap kota harus memiliki 30 % Ruang Terbuka Hijau (menurut Undang-Undang nomor 26 tahun 2007
tentangPenataan Ruang) Sehingga bagi kota yang belum memenuhi kriteriatersebut seyogianya melakukanpenambahan ruang terbuka hijau,  dengan mempertimbangkan pemilihan  jenis-jenis tanaman yang mempunyaifungsi ganda, yaitu selain tanaman dapat memberikan O2, juga dapat mereduksi CO. Namun,Dinas Pertamanan Kota DEPOK mengatakan  jika luas ruang terbuka hijau di Kota  DEPOK saat ini adalah 19,88 Km2 atau 7,5 % dari luas Kota DEPOK yaitu 265,10 Km2. Setidaknya dari jumlah
yang ada tersebut Pemerintah Kota DEPOK mensinergikannya sebagai RTHdan DRA (Daerah resapan Air), lalu mensosialisasikan penggunaanteknologi vertikultur pada masyarakat DEPOK yang sudah terlanjur membangun rumah dengan dinding,pagar dan semen atau halaman yang dicor agar memanfaatkan barang-barang sederhana untuk diubah menjadi media tanam tumbuhan berupa sayur atau bunga yang berfungsi sebagai pereduksi emisi dan memberi nilai kesehatan.

Vertikultur adalah teknik bertanam atau berkebun dengan menggunakan media tanam vertikal yang dilakukan di area halaman rumah. Beberapa media vertikultur yang sudah dikembangkan sejak tahun 2005 diantaranya adalah pipa paralon, vas, dan bambu. Lahan halaman yang sudah ada jika belum di semen atau dicor .


2. Analisis Matematik Manfaat Vertikultur

DEPOK memiliki 647.327 unit rumah (Progja Kota DEPOK Bidang Fisik dan Tata Ruang Tahun 2011). Tiap 1 m2 bisa ditempati oleh 8 botol bekas minuman. Jika tiap rumah dipakai 5 m2, maka 5x8=40 botol. Kalau di DEPOK ada 300.000 rumah yang menerapkan vertikultur dengan asumsi 5 m2/rumah, maka
40x300.000=12.000.000 botol. Sangat positif aplikatif. Jika satu botol ditanami bayam/kangkung atau sawi atau tumbuhan lain sebanyak 6 batang, tiap batang menghasilkan 6 lembar daun. Maka tiap botol menghasilkan 36 lembar daun. Jumlah 12.000.000 botol yang digunakan sebagai vertikultur, akan menghasilkan 36 x 12.000.000 = 432.000.000 lembar daun.

Hasil estimasi ilmiah menunjukkan bahwa dalam sejam satu lembar daun memperoduksi oksigen sebanyak 5 ml/jam (Andrew Skipor, Ph.D, 2011). Berarti oksigen yang tiap hari dihasilkan adalah 432.000.000x5ml = 2.160.000.000 ml/jam atau 51.840.000.000 ml/hari atau 51.840.000 Liter/Hari. Kebutuhan oksigen untuk satu orang bernapas 53 liter per jam atau 1272 liter/hari. Maka, jika vertikultur 300.000 rumah diterapkan, maka akan menghasilkan oksigen 51.840.000 /hari yang artinya mampu memasok kebutuhan oksigen untuk
penduduk kota Depok.




E. PENUTUP 

1. Kesimpulan
Dari seluruh paparan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Kondisi permukiman Kota DEPOK
sangat padat dan mengakibatkan penyusutan lahan hijau, akibat pembanguna permukiman dan segala kebutuhan yang ada sisa ruang terbuka hijau hanya sampai 7,5%. Sementara masalah lain seperti sampah dan barang masih banyak yang tidak termanfaatkan dengan baik sehingga fungsi terganggu. Disamping
itu, akibat lain dari ledakan penduduk yang berdampak linier terhadap kebutuhan, DEPOK berkembang sebagai kota metropolitan dengan segala jenis transportasi bermotor dan kegiatan
industri yang ada akhirnya mengakibatkan kota DEPOK menjadi terpolusi udaranya, sampai berita diturunkan DEPOK menjadi kota terpolusi di Asia Tenggara bahkan Asia dan dunia berdasarkan Air Quality Index (AQI) DEPOK yang berada di angka 110 menempatkan DEPOK di peringkat 4 kota paling tercemar di dunia setelah Ludhiana (India), Lanzhou (China), dan Mecixali (Mexico) dan paling di Asia Tenggara. Hal ini membutuhkan solusi dan inovasi teknologi agar dapat meminimalisir dampak buruk lingkungan dan mengembalikan wajah DEPOK yang bersih, hijau, asri, dan sehat.

b. Teknologi vertikultur memanfaatkan sampah dan barang bekas adalah sebuah inovasi teknologi yang mampu mengakomodir kepentingan kotaDEPOK agar dapat kembali bersih, hijau, asri, dan sehar. Sampah anorganik seperti barang bekas dan bekas botol-botol minuman, karet ban, dan peralatan lainnya yang jika
sudah tak terpakai dan dibuang di tempat pembuangan atau dibuang ke sungai dan di saluran drainase akan
lingkungan kota DEPOK kian lama kian kotor dan tidak hanya kotor tetapi juga dapat menimbulkan efek samping segatif berupa wadah penyakit dan penyebab banjir. Dengan memanfaatkan sampah organik dan sisa barang bekas, maka volume sampah perkotaan dapat diminimalisir dan akan turut membantu membuat nuansa kota lebih bersih. Masalah hijau, adalah sebuah hal yang sudah tidak perlu diragukan lagi. Jika teknologi vertikultur ini dilakukan masyarakat

DEPOK secara terstruktur, sistematis, dan massif, maka nuansa hijau akan ditemui di setiap sudut kota dan di setiap sudut permukiman warga masyarakat. Asri adalah efek samping positif darilingkungan yang terjaga dan terpelihara. Jika setiap sudut kota dan setiap sudut permukiman dipenuhi dengan nuansa hijau dari pembudidayaan tanaman sayuran dan bunga dengan menggunakan smpah dan barang bekas, maka keasrian lingkungan permukiman dan kota kan tetap terpelihara. Vertikultur yang dilakukan akan memberikan dampak kesehatan karena: pertama sampah.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Lingkungan Hidup Kota DEPOK.
2008.  Status  Lingkungan  Hidup
Kota DEPOK. DEPOK: BLH.
Bintarto.     1990.     Geografi    Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BPS Kota DEPOK 2012. DEPOK Dalam
Angka.   DEPOK:   Badan   Pusat
Statistik.
Damastuti,  Anya.P. 1996.  Pertanian
Sistem       Vertikultur.       Jakarta:
Wacana No.3/Juli-Agustus 1996.
Dirjen   Cipta   Karya   Kementerian
Pekerjaan       Umum,    Makalah
Prosiding    Tentang    Penataan
Ruang Kota.
Dinas  Cipta  Karya.  Program  Kerja
Pemerintah Kota DEPOK Bidang
Fisik  dan  Tata  Ruang  Tahun
2011.
Dwihatmojo,  Roswidyatmoko. 2013.
Ruang   Terbuka   Hijau   yang
Semakin  Terpinggirkan.  Bogor:
Badan Informasi Geospasial.
Irwan,    Zoer’aini    Djamal.        2007.
Prinsip-Prinsip                Ekologi:
Ekosistem,    Lingkungan,    dan
Pelestariannya.   Jakarta:   Bumi
Aksara.
Kambuaya,   Baltashar.   Penyampaian
dalam  Peresmian  Bank  Sampah
Kota    DEPOK    Tahun      2012
Program                    Kementerian
Lingkungan Hidup
Kusminingrum,  Nanny.  2008.  Potensi
Tanaman Dalam Menyerap CO2
dan   CO   untuk   Mengurangi
Dampak    Pemanasan    Global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar